Image
seminar
Body

Era milenial yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat memberikan perubahan yang berujung kepada kemudahan-kemudahan untuk melakukan banyak hal. Universitas Terbuka (UT) Surakarta, sebagai lembaga pendidikan tinggi juga telah didesain untuk memanfaatkan teknologi tersebut agar lebih memudahkan mahasiswanya. 

Dengan teknologi itu, universitas dimudahkan dalam melakukan interaksi dengan mahasiswa. Sebagai gambaran,  dulu UT masih menggunakan cara surat menyurat dalam berinteraksi, tetapi sekarang sudah ada learning management system. UT juga kian mendekatkan diri melalui media sosial (medsos), media yang kini hampir dimiliki semua orang.

Guru besar UT, Prof. Tian Belawati mengatakan, dari segi substansi, bahan ajar juga sudah dikembangkan yang lebih interaktif. Dulu, modul berupa cetakan yang dikirim melalui pos. Sedangkan sekarang sudah berubah menjadi digital. Selain itu, modul yang awalnya berformat PDF, sekarang dikembangkan dalam bentuk digital interaktif, sehingga mahasiswa bisa membuat bikin coretan dan catatan di dalamnya. Bahkan dengan teknologi digital, ada software yang menyediakan kanal pencarian jika mahasiswa merasa kurang jelas terhadap yang sedang mereka baca, Dalam rangka pengembangan teknologi ini, UT berupaya terus mengikuti,” Kamis (26/9).

Sementara itu, UT juga dirancang sebagai sistem pembelajaran yang fleksibel. Artinya, masyarakat yang berkuliah di kampus ini masih bisa tetap melakukan aktivitas mereka tanpa terganggu dengan jam kuliah. 

Dari segi biaya, kuliah di UT juga ekonomis karena mahasiswa tidak perlu me-realokasi diri. Artinya tidak perlu mengeluarkan ongkos transport, tidak perlu bayar kos, dan sebagainya. 

Selain itu, waktunya juga sangat efisien karena dengan teknologi, mahasiswa bisa melatih diri memanfaatkannya. Secara personal, ini akan membawa keuntungan lain. 

Sementara itu, Direktur UT Surakarta, Dra. Yulia Budiwati, M.Si mengatakan, lulusan UT sudah dibekali dengan beragam kompetensi. Yang pertama adalah bidang ilmu, dimana para lulusan mendapatkan kompetensi sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Kedua, kompetensi penggunaan teknologi, karena hampir seluruh pembelajaran di UT menggunakan teknologi. “Yang ketiga adalah kompetensi kemandirian. Artinya mahasiswa sudah terdidik belajar mandiri, inisiatif untuk kuliah juga datang dari diri sendiri sehingga mereka juga memiliki cara untuk menyelesaikannya,” kata Yulia.

Model atau gaya belajar di UT Surakarta tidak ada resep baku, karena heterogenitas latar belakang mahasiswa sangat tinggi. 

“Dengan kompetensi-kompetansi tersebut, bisa dibilang mahasiswa kampus biasa hanya mendapatkan apel, maka mahasiswa UT Surakarta mendapatkan apel dan jeruk. Artinya, pembelajaran yang lazim didapat mahasiswa lain adalah tatap muka, kami punya tatap muka dan media. Penggunaan media ini memang seiring dengan perkembangan zaman,” imbuhnya.  

Sementara itu, UT Surakarta yang beralamat di Jalan Raya Solo-Tawangmangu, Dusun Kebakan, Desa Sapen, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah ini sekarang memiliki 42 program studi (Prodi), pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Hukum, ilmu Sosial dan ilmu Politik (FHISIP), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), serta Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP).

DI UT, Lama studi tidak dibatasi, berapa lama mahasiswa ingin menyelesaikan studinya, diserahkan kepada mahasiswa sesuai kebutuhannya. Namun, untuk S1 di desain selama 8 semester. Pendaftaran UT bisa dilakukan sepanjang tahun, namun tetap terbagi dalam dua semester (ganjil dan genap) sesuai dengan kalender akademik.

Sementara itu, salah satu alumni UT Solo Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Hukum Sosial dan Politik, M Toha mengakui UT menjadi pilihan tepat bagi siapa saya yang menginginkan kuliah dengan fleksibilitas tinggi. Terlebih, kini pembelajaran sudah didukung dengan teknologi sehingga lebih memudahkan mahasiswanya untuk mengakses mata kuliah yang diambil. “Sebaiknya para birokrasi atau praktisi yang belum mendapat gelar kesarjanaan ikut UT. Kini UT juga sudah lebih maju karena dukungan teknologi,” ujar politisi asal Sukoharjo yang kini menjadi anggota Komisi III di DPR RI.