• Slide Background Image
  • Slide Background Image
  • Slide Background Image
  • Slide Background Image
  • Slide Background Image

Universitas Terbuka Surakarta, Making Higher Education Open To All

Mencoba Hal Baru

Adalah Cara Menjalani Dan Menikmati Hidup

 

Alfin Dwi Novemyanto

 

 

Masa depan memberikan penghargaan bagi mereka yang terus maju dan berkembang. “Saya tidak punya waktu untuk mengasihi diri sendiri, saya tidak punya waktu untuk mengeluh, saya akan teruskan, maju, maju, dan maju.” Layaknya roda kehidupan yang terus berputasr, terkadang sering merasa masalah yang dihadapi berat dan membuat berpikir bahwa masalah tersebut tidak akan berlalu. Namun percayalah semua hal yang ada di dunia ini tidak akan permanen dan suatu saat akan berlalu dan berubah termasuk masalah kita tergantung usaha dan niat kita untuk berubah. Pendidikan adalah bekal terbaik untuk perjalanan hidup. Dari sini menjadi alasan kenapa saya ingin melanjutkan pendidikan saya. Karena dengan ilmu tersebut dapat menjadi penerang disaat saya berada di kegelapan (kebodohan).

Perkenalkan Saya Alfin Dwi Novemyanto Mahasiswa Bidikmisi program studi Ilmu Hukum di Universitas Terbuka yang akan berinjak tingkat 3 di semester depan. Saya alumni dari  SMA Negeri Gondangrejo tahun 2017. Melalui tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman, kisah, dan bagaimana perjuangan yang saya jalani bersama Bidikmisi. Saya berlatar belakang dari keluarga yang sederhana dan  broken home sejak lulus Sekolah Dasar. Dengan adanya broken home tersebut, saya bersama kakak dan adik perempuan memutuskan untuk ikut dengan Ibu bertempat tinggal di cost. Perjuangan saya bersama bidikmisi berawal dari . . .

Setelah lulus SMA saya dihadapkan dengan suatu tantangan, yaitu kuliah atau bekerja. Jika kuliah, saya mempertimbangkan banyak hal karena berasal dari keluarga sederhana dengan kendaraan terbatas, dan hanya kakak dan ibu saja yang bekerja. Ketika saya berkata hendak kuliah pada Ibu beliau menyetujuinya, mungkin agar saya terlihat bahagia seperti teman-teman. Lain halnya dengan kakak, beliau kurang setuju karena faktor ekonomi. Akibat dari gengsi dengan teman-teman, ketika SMA saya pun mencoba mengikuti SNMPTN dan SBMPTN tanpa mempertimbangkan segala hal. Alhasil ketika pengumuman, ternyata . . . . GAGAL SEMUA. Saya teringat sebuah nasehat “Ridho Allah juga ridho orang tua”, mungkin pilihan saya untuk kuliah belum diridhoi.

Dengan adanya kegagalan tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk bekerja. Mencari perkerjaan tidaklah semudah yang dibayangkan, dan saya harus menganggur beberapa bulan. Saya melamar kesana kemari namun tetap  berakhir pada penolakan karena belum mempunyai pengalaman serta umur yang masih muda, yaitu 17 tahun. Hingga pada akhirnya saya pun diterima bekerja di sebuah Pabrik Tekstil yang bertempat di Sukoharjo dan berjarak cukup jauh dari cost keluarga sehingga memaksa saya untuk cost juga agar lebih menjangkau tempat kerja tersebut. Hanya sekitar 3 bulan saja saya bekerja di sana. Ketika usia telah genap 18 tahun, saya pun mencoba melamar pekerjaan di sekitar cost keluarga dan diterima. Pekerjaan yang saya jalani juga sama, di Pabrik Tekstil.

Penerimaan mahasiswa baru tahun 2018 pun dibuka. Ketika masih bekerja, salah satu guru SMA menghubungi dan meminta saya untuk berkunjung ke SMA. Saya pun menyetujui ajakan beliau. Di hari kunjungan, beliau pun bertanya mengenai keadaan saya dan beliau kaget serta heran mengapa saya tidak kuliah. Karena ketika SMA bisa dikatakan bahwa saya merupakan siswa berprestasi yang pernah menjuarai beberapa lomba dan selalu mendapatkan peringkat 3 besar dari kelas X-XII.  Setelah itu, beliau pun merekomendasikan saya untuk mendaftar di Universitas Terbuka cabang Surakarta melalui jalur beasiswa Bidikmisi. Untuk program studi di UT Surakarta jalur beasiswa Bidikmisi telah ditentukan, yaitu Ilmu Hukum dengan kuota terbatas sehingga harus bersaing dengan teman-teman dari sekolah lain yang juga direkomendasikan oleh sekolahnya. Saya sempat ragu untuk mendaftar karena bukan pashion saya. Namun pada akhirnya saya pun mencoba untuk mendaftar, dalam batin saya berkata “barang kali ini rejeki saya”.  

Tahap demi tahap telah dilalui hingga tiba pada tahap terakhir yaitu menunggu pengumuman. Ketika saya mendaftar kuliah, keadaan saya masih bekerja. Hari pengumuman pun tiba, dan hasilnya ATAS NAMA ALFIN DWI NOVEMYANTO DITERIMA SEBAGAI MAHASISWA BIDIKMISI DI UNIVERSITAS TERBUKA SURAKARTA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM. Dengan diterimanya tersebut saya pun bimbang apakah harus kuliah atau bekerja. Kemudian saya berkonsultasi pada Ibu dan kakak dengan menjelaskan bahwa Bidikmisi adalah program beasiswa yang memberikan uang saku setiap bulan/semesternya dan kuliah tanpa biaya atau gratis. Atas pertimbangan tersebut, kakak dan Ibu mengizinkan saya untuk melanjutkan kuliah dan harus resign dari tempat kerja. Kehidupan adalah kita yang menentukan sendiri. Tidak ada satupun orang yang akan memaksamu. Dan tidak bisa menyalahkan orang lain jika kita terjerumus dan gagal di masa depan. Karena itulah pilihan kita sejak awal. Dengan pilihan saya untuk kuliah, hidup ini semakin tertantang.

Semester satu pun dimulai, di sini saya merasa hambar jika kuliah hanya berpatokan pada nilai akademik saja. Padahal masa depan saat ini semakin menantang dan  banyak hal yang tidak bisa diselesaikan dengan hanya mengandalkan nilai akademik saja. Sejak SMA saya sering mengikuti lomba sehingga akan hambar rasanya bak sayur tanpa garam bila tidak mengikuti lomba di tingkat pendidikan saat ini. Karena dengan kompetisi membuat hidupku terasa lebih berwarna dan sempurna dan merupakan motivasi yang kasar namun efektif. Akhirnya saya pun mencoba lomba demi lomba, namun hasilnya gagal. Ketika diri ini nyaris menyerah dan tidak ingin mengikuti lomba lagi, saya pun teringat ibu. Prinsip hidup saya adalah rintihan dan keringat yang bercucuran dari ibu adalah semangat hidupku. Beliau saja tidak pernah menyerah dan selalu berjuang untuk masa depan dan kelangsungan hidup anaknya, jadi tidak elok rasanya bila saya menyerah sekarang. Saya pun mencoba lagi untuk mengikuti lomba-lomba. Karena keberhasilan ini bukan dinilai dari apa yang kita capai, tapi keberhasilan itu ternilai jika kita bisa bangkit dari kegagalan. Dari kegagalan tersebut banyak pengalaman dan pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai media perbaikan dari karya-karya yang telah dibuat. Ketika saya membuka Instagram, di sana saya menemukan mahasiswa-mahasiswa berprestasi. Bahkan beranda IG mereka berisikan foto lomba beserta piala baik dalam negeri maupun ke luar negeri sehingga membuat hati dan jiwa ini meronta-ronta untuk mengikuti jejak mereka. Dengan adanya inspirasi, motivasi, dan cerita pengalaman dari mereka, saya pun mencoba mengikuti lomba-lomba di luar kota yang menjadi amunisi semangat saya untuk menikmati indahnya alam Indonesia serta berkenalan dengan orang-orang hebat baru yang dari pengalaman mereka nantinya dapat menjadi pacuan untuk terus maju dan berkembang. Hingga pada akhirnya dengan seizin Allah, saya berhasil mendapatkan gelar pemenang. Kadang hati ini minder jika harus bersaing dengan perguruan tinggi dari instansi lain. Dari situlah saya sadar, bukan dimana kita sekolah atau kuliah, tapi dimana kita bisa mencari hikmah dan berkah, bukan karena gengsi atau mencari sensasi, tapi galilah potensi untuk meningkatkan prestasi. Lomba yang sering saya ikuti baik menang atau kalah adalah lomba poster, esai, infografik, fotografi, puisi, dan apapun itu jika saya bisa saya akan mencobanya. Dengan jenis lomba yang beragam baik offline maupun  online.

Berinjak semester dua, saya mengalami fase bosan dan merasa perkuliahan ini tidak hidup. Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti organisasi, harapannya dengan mengkuti organisasi saya dapat menyalurkan minat dan bakat saya serta menambah relasi dan pengalaman guna menghadapi masa depan yang semakin menantang ini. Bagi seorang anak muda, organisasi adalah senjata utama dalam melatih kemampuan kepemimpinan dan sekolah bagi para calon pemimpin. Seiring berjalannya waktu, saya pun ikut andil dalam keberjalanan organisasi tanpa melepaskan tekad saya untuk terus mengikuti lomba. Hingga pada suatu hari, saya dikejutkan oleh pesan WhatsApp dari Kepala atau Direktur UT Surakarta. Beliau mengirim koran yang berisikan berita tentang saya. Bangga, terharu, bahagia tak karuan ketika saya melihat koran tersebut. Bahkan terdapat seorang jurnalis yang menghubungi saya guna membuat berita yang nantinya diupload atau dipost di laman-laman website. Ketika saya mengeceknya dilaman google ternyata benar saja berita tersebut telah dipost. Kabar itu pun menyebar hingga sampailah pada guru SMA saya yang pernah merekomendasikan untuk melajutkan pendidikan di UT. Beliau pun mengirim gambar koran yang berisi berita mengenai diri saya dengan seuntai pesan “Saya Bangga dengan kamu Fin, tingkatkan dan lanjutkan!!”. Dengan adanya pernyataan tersebut, hati ini semakin tidak karuan, terharu, bangga, bahagia dan tidak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasih kepada beliau. Bahkan di laman Facebook pun  terdapat pula guru yang memposting koran tersebut. Dari rentetan kejadian tersebut saya bingung dan mulai berpikir “mengapa saya bisa seperti ini?”.

Akhir semester dua saya direkomendasikan untuk mengikuti lomba Disporseni UT Nasional dengan cabang lomba Inovasi teknologi informasi di UT pusat yang terletak di Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Hasil yang saya raih ketika mengikuti lomba tersebut adalah gagal. Oke, saya gagal. Namun kegagalan itu tidak menjadikan saya terpuruk atau menyerah, karena dengan kegagalan tersebut saya semakin tertantang untuk terus bangkit, bangkit, dan bangkit. Sekembalinya dari UT Pusat, selang beberapa hari kemudian saya diajak untuk syuting di acara TVRI oleh Direktur UPBJJ UT Surakarta sebagai mahasiswa prestasi dan ketua Himpunan Mahasiswa Univeristas Terbuka Surakarta (HIMASUTA) ditemani salah satu Duta dari UKM yang terdapat di UT Surakarta. Rasa bangga, takut, terharu pun tidak terbendung. Hingga diri ini tidak percaya bahwa saya yang hanya seorang anak biasa dari keluarga sederhana yang terinspirasi oleh semangat Ibu tanpa henti dapat melakukan hal-hal dan mencapai target luar biasa seperti ini. Berawal dari dorongan semangat Ibu saya, dari kisah beliau yang pernah ditampar oleh ucapan orang-orang mengenai bisa tidaknya menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi. Hingga pada akhirnya dari tangisan beliau, rintihan beliau itulah menjadi titik cerah  semangat saya untuk selalu bangkit dan menjalani hidup ini dengan tiada kata menyerah. Dengan tayangnya saya di TV tersebut semoga bisa menginspirasi dan menyadarkan kepada masyarakat terutama kawula muda bahwa orang yang tidak mampu, berkecukupan pun dapat melanjutkan sekolah atau pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi dengan berbekal usaha, niat dan tekad pada diri seseorang.

Hari demi hari, minggu berganti minggu hingga tibalah liburan semester. Liburan semester kali ini saya gunakan untuk berorganisasi. Meskipun demikian, saya tetap menyempatkan untuk mengikuti berbagai lomba. Karena dalam diri ini telah terpatri prinsip bahwa setiap bulannya saya harus bisa memenuhi target untuk mengikuti lomba sekaligus memenangkannya. Hadiah atau reward dari lomba tersebut nantinya dapat saya jadikan sebagai uang tambahan dan sejak itulah saya berinisiatif bahwa lomba dapat dijadikan sebagai mata pencaharian. Besar kecilnya hadiah tidak menjadi masalah untuk saya, yang terpenting adalah jangan sampai saya meminta uang kepada Ibu saya. Ya walaupun kadang keberuntungan tidak berpihak, namun semua itu tak akan dengan mudah membuatku menyerah. Mau Libur semester atau pun kuliah, saya tetap mencoba untuk mengikuti lomba-lomba. Walaupun saya berambisius pada kompetisi, nilai akademik, organisasi pun tidak lantas saya lupakan dan semua itu harus seimbang. Alhamdulillah, dengan seizin Allah nilai akademik saya masih tergolong aman. Semester tiga pun berjalan, hingga suatu hari saya berambisius dan menginginkan lomba di luar kota. Dari lomba tersebut, saya dapat menghayati kuasa Tuhan dengan melihatnya dari keindahan bentang alam Indonesia serta dapat menyegarkan otak dan berkesempatan untuk bertemu orang-orang baru yang hebat. Ketika saya mencari kompetisi melalui Instagram, ternyata terdapat sebuah kompetisi bernama PAMi Bali Scientific Competition di Bali. Dengan niat, tekat, usaha, serta doa akhirnya tim kami berkesempatan masuk 10 besar Finalis. Dengan perolehan tersebut, saya dan partner tim saya mengajukan proposal pengajuan biaya dan alhamdulillah di ACC. Ketika telah berada di Bali dan melakukan kompetisi ternyata hasilnya gagal. Baik, gagal lagi dan menjadi  pembelajaran baru lagi. Sekembalinya saya dari Bali, H+2 saya diminta untuk menjadi pembicara Talkshow di sekolah yang telah membekali saya dengan ilmu yang luar biasa, SMA Negeri Gondangrejo. Saya diundang guna menginspirasi dan memotivasi adik-adik kelas XII SMA. Saya terpilih sebagai pembicara berdasar hasil voting alumni yang telah lulus dari SMA. Dalam diri ini muncul kebanggaan tersendiri, memiliki kesempatan yang hebat dan kembali ke SMA tapi dengan tujuan yang berbeda, yaitu untuk menghebatkan. Karena terlalu egois jika kita berdiri sendiri, engkau mempunyai dua kaki yang dapat menegakkan ribuan kaki di sekelilingmu

Selepas menjadi pembicara di SMA,  saya mempunyai target bahwa bulan depan saya harus ke luar kota dengan tujuan mengikuti kompetisi. Karena dengan target orang akan sukses karena mereka akan tahu kemana mereka akan pergi. Dan jika tanpa target dan rencana meraihnya, seperti kapal yang berlayar tanpa arah tujuan. Kemudian saya mencoba lomba inovasi kewarganegaraan tingkat nasional di Universitas Nusantara PGRI Kediri, akhirnya saya lolos menjadi finalis dan harus melakukan presentasi di sana. Seusai presentasi, walaupun hasilnya kurang maksimal alhamdulillah saya beserta tim memperoleh juara harapan 2. Berbekal target ingin jalan-jalan namun disisi lain juga bisa menjadi seorang juara. Setelah pulang dari kediri, pandemi covid-19 semakin parah dan menuntut untuk melakukan segala aktivitas di rumah. Walaupun harus di rumah, tapi jiwa untuk mengikuti kompetisi dan berkarya tidaklah berhenti. Akhirnya saya mencari info-info di media sosial dan mencoba untuk mengikuti dan berpartisipasi dalam event nya. Ya alhamdulillah ada beberapa kompetisi yang menang meskipun ada juga yang kalah. Dengan adanya pandemi corona seperti ini saya berpesan agar  jangan berhenti berkarya dan tetap memproduktifkan diri untuk mengembangkan potensi.

Biodata Penulis

Nama                                       : Alfin Dwi Novemyanto
Tempat, tanggal lahir              : Sragen, 23 November 1999
Email                                       : alfindnoyan23@gmail.com
Instagram                                : @alfindnoyan23


fkip  fhisip  fe  fst  pasca